Sabtu, 24 April 2010

Taman Balekambang dan Perpustakaan Modern

Beberapa waktu lalu secara tidak sengaja saya mempelajari pengetahuan tentang sejarah Taman Balekambang, Solo,dan menyadari kompleksnya permasalahan di sekitarnya. Kawasan ini merupakan sebuah taman budaya yang keberadaannya sempat digemari kemudian sempat pula meresahkan masyarakat sekitar karena pengalihan fungsi dengan pemanfaatan ruang komersil yang bertolakbelakang dengan kebudayaan jawa maupun masyarakat sekitar. Kata 'sempat' yang saya tulis berarti keadaan yang dulu (pernah), tidak berlaku sekarang. Ya benar. Kini, tepatnya sejak tahun 2007, oleh pemerintah, kawasan tersebut dikembalikan masa kejayaannya dengan membenahi kondisi Taman Balekambang menjadi lebih tampak 'cerdas'.

Apa yang saya kerjakan disini adalah perpanjangan usaha pemerintah setempat untuk merevitalisasi kawasan dengan menjawab beberapa isu yang masih belum diselesaikan sepenuhnya, yaitu lebih kepada kurangnya infrastruktur yang belum tersedia, fasilitas yang belum berjalan baik, maupun fasilitas yang masih belum mengakomodasi masyarakat kepada hal yang lebih bermanfaat.
Dalam hal ini kemudian penekanan yang ditambah adalah berupa sebuah perpustakaan sebagai upaya konsep ruang magnet, ruang publik yang menaungi apresiasi budaya, pendidikan, dan rekreasi. Ketiga hal tersebutlah kemudian menjadi nilai yang ingin diangkat tentu tanpa meninggalkan konteks kawasan taman budaya sehingga menjadi kawasan terpadu.
Namun hal itu lantas bukan tidak mungkin mempunyai ganjalan tersendiri, yakni seperti diketahui, banyak masyarakat akan mungkin berpikiran, "perlukah masyarakat membutuhkan keberadaan perpustakaan di antara derasnya informasi yang didapat dari internet dan teknologi dijital saat ini?". Pertanyaan ini tentu menjadi tanda tanya besar masyarakat termasuk bagi yang lebih menyukai bepergian ke mall, kafe untuk browsing internet, atau sukur-sukur jika sempat mampir ke toko buku walau hanya sekedar membaca (jika bukunya tidak disegel pastinya). Maka apakah masyarakat masih tetap memerlukan perpustakaan sama sebagai ruang komersil di luar institusi sekolah maupun pemerintah?
Sebetulnya membaca bukan tren. Tren itu mengacu pada sesuatu yang ingin dilihat, diperbaharui, berubah-ubah, gaya dan dengan segala budaya pop yang mengikuti dan mengakarinya. Sedangkan membaca serta mendapatkan informasi adalah mutlak, lain halnya jika yang berbicara disini bercampurtangan dengan sisi politis dan kapitalis, sehingga kesadaran masyarakat dan usaha pemerintah termasuk swasta diperlukan untuk mendobrak mitos-mitos yang terlanjur menggelayut pada kebribadian masyarakat Indonesia yaitu, malas mencari informasi dari sebuah proses. Namun tidak dapat dipungkiri pula jika kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan juga harus sejalan, maka jika ditanya perlu atau tidak maka jawaban tersebut haruslah sudah ada di pikiran kita. :)

Berikut adalah penyelesaian dari isu yang diangkat :




konsep.asal usul - transformasi - filosofi kelokalan - interaksi - desain


 

eksterior. beberapa aplikasi yang ditawarkan untuk mengintegrasi beberapa fungsi yang berbeda di suatu kawasan




interior. galeri - terpisah dari bangunan utama


 

interior. bangunan utama


 

eksterior. the treatment





:)
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar


ShoutMix chat widget